Minggu, 16 Maret 2014

Syair Bersayap


Syair Bersayap

Seteguk nama yang memoles telinga

Menyeret tatapan manja desahan nada

Telah mengaitkan hati tuk bercerita

Mengenal tulisan rindu tanpa aura



Bagai bunga yang mekar,seolah layu tak bernyawa

Terlintas sang lebah madu diatas mahkota

Memberi kismis diatas butiran keju panggang

Lalu terbang dengan jejak kosong



Pernahkah kau menanti metafora diantara orion?

Lalu sekilas pesona datang  di raut indra

Desir hati ingin sekali menyapa

Entah mengapa tak jua berkata



Haruskah jiwa disini menyisir luka?

Sanggupkah sastrawan menulis sajak tanpa tinta?

Apakah bunga yang menangis karena kupu-kupu menjauh dari benang mahkotanya?

Ataukah kau tak perduli dengan syair yang berbicara?

Hingga aku mengais hati yang berujung kepahitan

Dan pergi menggenggam Rindu penuh harapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar