Syair Bersayap
Seteguk nama yang memoles telinga
Menyeret tatapan manja desahan nada
Telah mengaitkan hati tuk bercerita
Mengenal tulisan rindu tanpa aura
Bagai bunga yang mekar,seolah layu tak
bernyawa
Terlintas sang lebah madu diatas mahkota
Memberi kismis diatas butiran keju
panggang
Lalu terbang dengan jejak kosong
Pernahkah kau menanti metafora diantara
orion?
Lalu sekilas pesona datang di raut indra
Desir hati ingin sekali menyapa
Entah mengapa tak jua berkata
Haruskah jiwa disini menyisir luka?
Sanggupkah sastrawan menulis sajak tanpa
tinta?
Apakah bunga yang menangis karena
kupu-kupu menjauh dari benang mahkotanya?
Ataukah kau tak perduli dengan syair
yang berbicara?
Hingga aku mengais hati yang berujung
kepahitan
Dan pergi menggenggam Rindu penuh
harapan